Assalamualaikum and selamat pagi semua. Sambil-sambil nak ke kelas pukul 11 kejap lagi, apa kata kita buat update blog. Hari ini, tebe a.k.a aku nak cerita pengalaman aku semasa menyertai satu program anjuran Bulan Sabit Merah Malaysia Kolej aku iaitu KAB ke rumah Bakti Nur Ain.
Mesti siapa yang tinggal di kawasan Bangi dan Kajang ini sudah familiar dengan nama itu kan? Itu lah antar sebuah rumah anak-anak yatim kalau semua nak tahu. Program itu tidak lama cuma satu hari sahaja iaitu dari pukul 8.30 pagi hingga 12.30 tengah hari. Walaupun sekejap sahaja masa bersama mereka, namun boleh aku katakan pelbagai perkara dapat aku pelajari dari mereka.
Jujur aku sangat bangga akan mereka, walaupun tidak lagi berbapa dan ada yang yatim piatu, namun mereka masih lagi mampu mengukir senyuman ikhlas yang lahir dari lubuk hati. Ketibaan kami disambut dengan senyuman masing-masing. Ada yang besar ada yang kecil ada yang halus ada yang agak sihat sikit. Hahaha. Boleh aku katakan kehidupan di situ sangat warna warni, ragam masing-masing sangat menceriakan rumah itu.
Mereka di usia yang lebih muda dari aku sendiri sudah diuji dengan ujian yang hebat, hilang nya insan yang bertahun bertakhta di hati mereka. Saat bukanya mata dan diazankan telinga, insan tersebut senantiasa di sisi, namun bila perginya dia, aku tahu sangat sakit. Namun, siapalah kita untuk melawan ketentuan Ilahi. Mereka mengajar aku untuk terus hidup sebagai hamba-Nya di muka bumi ini walau bagaimana pahit dan getir pun untuk menanti hari esok tanpa ibu dan ayah.
Anak-anak yatim, mereka insan mulia dan disayangi oleh Yang Maha Esa. Buktinya, Allah S.W.T berulang kali memerintahkan hamba-Nya untuk berbuat baik terhadap mereka. Bahkan Dia memberi ancaman yang sangat gerun dan ngeri terhadap sang manusia yang menyakitkan dan berbuat jahat terhadap mereka. Nah, bukan kah mereka itu insan yang terpilih. Hati aku berkali-kali diketuk dengan keinsafan saat menatap muka mereka.
Saat kami tiba di sana, rumah itu sangat kemas dan teratur. Setiap barang dan buku-buku disusun dengan kemas di tempatnya. Bilik-bilik mereka, tegang cadarnya dan selimut-selimut dilipat kemas di penjuru katil. Hebat mereka. Aku saat sebaya mereka, semua masih diurus oleh ibu. Makan masih lagi bersuap. Mereka dilatih dari kecil untuk berdikari untuk menguruskan diri sendiri. Sangat bagus nilai yang diterapkan itu. Kelak, saat diri terjatuh dan tiada yang sudi membantu, mereka sendiri akan mampu bangun berbekalkan ilmu dan nilai itu.
Walau wajah mengukir senyum, masih terlihat redup dan mendung di mata mereka. Saat kami para BSMM yang digelar kakak dan abang berbual dan bergurau dengan mereka, jelas terlihat mereka rindukan keluarga, kakak abang dan ibu bapa mereka. Mungkin ada yang sudah terpisah dengan adik beradik dan keluarga masing-masing.
Mereka mengajar aku tentang erti reda dan bersyukur. Aku masih lagi ada ayah yang memimpin tangan ku ke jalan benar saat tersesat, masih ada ibu yang membelai saat diri menangis, masih ada abang kakak yang menceriakan hari. Alhamdulillah ya Allah. Tapi tidak mengapa adik-adik, kalian kesayangan Tuhan. Rasul Allah sendiri lahir tanpa ayah di sisi, namun menjadi hamba-Nya yang paling terpuji dan namanya termasyhur tanpa ditelan dek zaman. Kalian sabar dan terus berusaha manjadi Mukmin bertaqwa, inshaAllah kalian dapat berjumpa kembali apa yang kalian sudah hilang di dunia ini.
Jujur aku sangat bangga akan mereka, walaupun tidak lagi berbapa dan ada yang yatim piatu, namun mereka masih lagi mampu mengukir senyuman ikhlas yang lahir dari lubuk hati. Ketibaan kami disambut dengan senyuman masing-masing. Ada yang besar ada yang kecil ada yang halus ada yang agak sihat sikit. Hahaha. Boleh aku katakan kehidupan di situ sangat warna warni, ragam masing-masing sangat menceriakan rumah itu.
Mereka di usia yang lebih muda dari aku sendiri sudah diuji dengan ujian yang hebat, hilang nya insan yang bertahun bertakhta di hati mereka. Saat bukanya mata dan diazankan telinga, insan tersebut senantiasa di sisi, namun bila perginya dia, aku tahu sangat sakit. Namun, siapalah kita untuk melawan ketentuan Ilahi. Mereka mengajar aku untuk terus hidup sebagai hamba-Nya di muka bumi ini walau bagaimana pahit dan getir pun untuk menanti hari esok tanpa ibu dan ayah.
Anak-anak yatim, mereka insan mulia dan disayangi oleh Yang Maha Esa. Buktinya, Allah S.W.T berulang kali memerintahkan hamba-Nya untuk berbuat baik terhadap mereka. Bahkan Dia memberi ancaman yang sangat gerun dan ngeri terhadap sang manusia yang menyakitkan dan berbuat jahat terhadap mereka. Nah, bukan kah mereka itu insan yang terpilih. Hati aku berkali-kali diketuk dengan keinsafan saat menatap muka mereka.
Saat kami tiba di sana, rumah itu sangat kemas dan teratur. Setiap barang dan buku-buku disusun dengan kemas di tempatnya. Bilik-bilik mereka, tegang cadarnya dan selimut-selimut dilipat kemas di penjuru katil. Hebat mereka. Aku saat sebaya mereka, semua masih diurus oleh ibu. Makan masih lagi bersuap. Mereka dilatih dari kecil untuk berdikari untuk menguruskan diri sendiri. Sangat bagus nilai yang diterapkan itu. Kelak, saat diri terjatuh dan tiada yang sudi membantu, mereka sendiri akan mampu bangun berbekalkan ilmu dan nilai itu.
Walau wajah mengukir senyum, masih terlihat redup dan mendung di mata mereka. Saat kami para BSMM yang digelar kakak dan abang berbual dan bergurau dengan mereka, jelas terlihat mereka rindukan keluarga, kakak abang dan ibu bapa mereka. Mungkin ada yang sudah terpisah dengan adik beradik dan keluarga masing-masing.
Mereka mengajar aku tentang erti reda dan bersyukur. Aku masih lagi ada ayah yang memimpin tangan ku ke jalan benar saat tersesat, masih ada ibu yang membelai saat diri menangis, masih ada abang kakak yang menceriakan hari. Alhamdulillah ya Allah. Tapi tidak mengapa adik-adik, kalian kesayangan Tuhan. Rasul Allah sendiri lahir tanpa ayah di sisi, namun menjadi hamba-Nya yang paling terpuji dan namanya termasyhur tanpa ditelan dek zaman. Kalian sabar dan terus berusaha manjadi Mukmin bertaqwa, inshaAllah kalian dapat berjumpa kembali apa yang kalian sudah hilang di dunia ini.
 |
| Bersama adik-adik Rumah Bakti Nur Ain |
Comments
Post a Comment